Penyebab Terjadinya Agresi Militer Belanda II
TNI melawan Belanda pada Agresi Militer Belanda II |
Tujuan Belanda Mengadakan Agresi Militer II
Adapun
tujuan Belanda mengadakan Agresi Militer yang kedua ialah ingin
menghancurkan kedaulatan Indonesia dan mengusai kembali wilayah
Indonesia dengan melakukan serangan militer terhadap beberapa daerah
penting di Yogyakarta sebagai ibu kota Indonesia pada saat itu. Pihak
Belanda sengaja membuat kondisi pusat wilayah Indonesia tidak aman
sehingga akhirnya diharapkan dengan kondisi seperti itu bangsa Indonesia
menyerah dan bersedia menuruti ultimatum yang diajukan oleh pihak
Belanda. Selain itu bangsa Indonesia juga ingin menunjukkan kepada dunia
bahwa RI dan TNI-nya secara de facto tidak ada lagi.
Pasukan Belanda Menyusun strategi |
Kronologis Terjadinya Agresi Militer II
Pelaksanaan
hasil Perundingan Renville mengalami kemacetan. Upaya jalan keluar yang
ditawarkan oleh KTN selalu mentah kembali karena tidak adanya
kesepakatan antara Indonesia dan Belanda. Indonesia melalui Hatta (wakil
presiden merangkap perdana menteri) tetap tegas mempertahankan
kedaulatan Indonesia, sementara Belanda terus berupaya mecari cara
menjatuhkan wibawa Indonesia. Saar ketegangan semakin memuncak Indonesia
dan Belanda mengirimkan nota kepada KTN. Nota itu sama-sama berisi
tuduhan terhadap pihak lawan yang tidak menghormati hasil Perundingan
Renville. Akhirnya, menjelang tengah malam pada tanggal 18 Desember
1948, Wali Tinggi Kota Mahkota Belanda Dr. Beel
mengumumkan bahwa Belanda tidak terikat lagi pada hasil Perundingan
Renville. Sementara itu keadaan dalam negeri sudah sangat tegang
berhubung dengan oposisi yang dilakukan oleh Front Demokrasi Rakyat (PKI
dan sekutunya) terhadap politik yang dijalankan oleh Kabinet Hatta.
Oposisi ini meningkat setelah seorang tokoh komunis kawakan, Muso, yang
memimpin pemberontakan PKI tahun 1926, kembali ke Indonesia dari Uni
Soviet. Muso sejak mudanya memang selalu bersikap radikal dan ia yang
mendorong PKI untuk memberontak pada tahun 1926. Oposisi terhadap
kabinet Hatta mencapai pucaknya ketika Sumarsono, pemimpin Pesindo
(Pemuda Sosialis Indonesia) mengumumkan pembentukan pemerintahan Soviet
di Madiun tanggal 18 September 1948. Pemberontakan ini segera ditumpas
pemerintah Republik. Belanda hendak mempergunakan pemberontakan PKI itu
sebagai alasan yang sangat baik untuk menyerang Republik dengan dalih
membantu Republik melawan komunisme.
Sebelum
pasukan-pasukan Republik dapat beristirahat setelah beroperasi
terus-menerus melawan PKI, Belanda menyerang lagi. Dini hari tanggal 19
Desember, pesawat terbang Belanda memborbardir Maguwo (sekarang Bandara
Adisucipto) dan sejumlah bangunan penting di Yogyakarta. Peristiwa itu
mengawali agresi militer Belanda II. Pemboman dilanjutkan dengan
penerjunan pasukan udara. Dalam waktu singkat, Yogyakarta ibu kota RI
ketika itu, dapat dikuasai.
Dalam suasana genting, pemerintah RI mengadakan rapat kilat dan menghasilkan keputusan darurat berikut.
§ Melalui
radiogram, pemerintah RI memberikan mandat kepada Syafruddin
Prawiranegara untuk membentuk Pemerintah Darurat RI (PDRI) di Sumatera.
§ Presiden
dan wakil presiden RI tetap tinggal dalam kota dengan resiko ditangkap
Belanda, agar dekat dengan KTN (yang sekarang berada di Kaliurang).
§ Pimpinan
TNI menyingkir keluar kota dan melancarkan perang gerilya dengan
membentuk wilayah pertahanan (sistem wehkreise) di Jawa dan Sumatera.
Jendral Soedirman ditandu karena sakit |
Dampak Agresi Militer Belanda II bagi Bangsa Indonesia
Adanya
Agresi Militer kedua yang dilakukan Belanda terhadap Indonesia yaitu
mengakibatkan dihancurkannya beberapa bangunan penting di Yogyakarta,
bahkan Yogyakarta yang pada saat itu sebagai ibu kota Indonesia juga
mampu dikuasai oleh Belanda. Selain itu presiden dan wakil
presiden beserta sejumalh pejabat pemerintah Indonesia berhasil ditawan
kemudian diasingkan oleh pihak Belanda.
Perjuangan Bangsa Indonesia Terhadap Agresi Militer Belanda II
a. Keampuhan Strategi Diplomasi
Dengan
melancarkan agresi militernya yang kedua, Belanda ingin menunjukkan
kepada dunia bahwa RI beserta TNI-nya secara de facto tidak ada lagi.
Tujuan Belanda itu dapat digagalkan oleh perjuangan diplomasi. Para
pejuang diplomasi antara lain Palar, Sujatmoko, Sumitro, dan Sudarpo
yang berkeliling di luar negeri. Tindakan yang dilakukan dalam
perjuangan diplomasi antara lain sebagai berikut.
§ Menunjukkan
pada dunia internasional bahwa agresi militer Belanda merupakan bentuk
tindakan melanggar perjanjian damai (hasil Perundingan Renville).
§ Meyakinkan dunia bahwa RI cinta damai, terbukti dari sikap, mentaati hasil Perundingan Renville dan penghargaan terhadap KTN.
§ Membuktikan
bahwa RI masih berdaulat dengan fakta masih berlangsungnya pemerintahan
melalui PDRI dan keberhasilan TNI menguasau Yogyakarta selama 6 jam
(Serangan Oemoem 1 Maret).
Kerja keras perjuangan diplomasi mampu mengundang simapti internasional terhadap Indonesia. Amerika
Serikat mendesak Belanda untuk menarik mundur pasukannya dari wilayah
RI (dengan ancaman menghentikan bantuannya). Dewan Keamanan PBB mendesak
Belanda untuk menghentikan operasi militer dan membebaskan para
pemimpin Indonesia. Desakan yang gencar dari dunia internasional
akhirnya dapat membuat Belanda mengakhiri militernya kedua.
b. Pemerintahan Darurat Republik Indonesia
Sebelum
pasukan Belanda memasuki istana kepresidenan, Presiden Soekarno
mengintruksikan kepada Menteri Kemakmuran Syafruddin Prawiranegara (yang
kebetulan berada di Sumatera) untuk membentuk pemerintahan darurat,
jika pemerintah RI Yogyakarta tidak dapat berfungsi lagi. Sesuai dengan
instruksi itu, Syafruddin Prawiranegara membentuk Pemerintah Darurat
Republik Indonesia. PDRI berkedudukan di Bukittinggi, Sumatera Barat.
Kabinet PDRI
§ Ketua (perdana menteri) merangkap menteri pertahanan dan penerangan: Syafruddin Prawiranegara.
§ Menteri luar negeri: A. A. Maramis
§ Menteri keuangan merangkap menteri kehakiman: Lukman Hakim.
§ Menteri sosial dan perburuhan, pembangunan, organisasi pemuda dan keamanan: Sutan Rasyid.
§ Menteri pekerjaan umum merangkap menteri kesehatan: Ir. Sitompul.
§ Menteri perhubungan merangkap menteri kemakmuran: Ir. Inderacaya.
Selama
agresi militer II, Belanda terus menerus memprogandakan bahwa
pemerintahan di Indonesia sudah tidak ada lagi. Propaganda dapat
digagalkan oleh PDRI. PDRI berhasil menunjukkan kepada dunia
internasional bahwa pemerintahan dalam tubuh RI masih berlangsung.
Bahkan, pada tanggal 23 Desember 1948, PDRI mampu memberikan instruksi
lewat radio kepada wakil RI di PBB. Isinya, pihak Indonesia sekaligus
mengundang simapti internasional.
Atas
dasar keberhasilan itu, para pemimpin PDRI sempat kecewa dengan
tindakan para pemimpin RI di Bangka yang mengadakan perundingan dengan
Belanda tanpa sepengetahuan mereka. Mereka juga tidak menyetujui hasil
Perundingan Roem-Roijen yang cenderung melemahkan wibawa Indonesia. Para
pemimpin PDRI yakin bahwa kedudukan Indonesia telah kuat sehingga mampu
lebih banyak kepada Belanda.
Untuk
menyelesaikan perbedaan pandangan, berlangsung pertemuan antara para
pemimpin PDRI dan pemimpin RI yang pernah ditawan di Bangka. Pertemuan
itu berlangsung pada tanggal 13 Juli 1949 di Jakarta. Hasil pertemuan
itu adalah sebagai berikut.
§ PDRI menyerahkan keputusan mengenai hasil Perundingan Roem Roijen kepada kabinet, Badan Pekerja KNIP, dan pimpinan TNI.
§ Pada hari itu juga, Syafruddin Prawiranegara menyerahkan mandat secara resmi kepada Wakil Presiden Hatta.
c. Perundingan Roem-Roijen
Hasil Perundingan Roem-Roijen
Pernyataan Indonesia
§ Perintah kepada TNI untuk menghentikan perang gerilya.
§ Bekerja sama mengendalikan perdamaian, ketertiban, dan keamanan.
§ Turut
serta dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag untuk mempercepat
pengakuan kedaulatan kepada Negara Indonesia Serikat secara lengkap
tanpa syarat.
Pernyataan Belanda
§ Menyetujui pemulihan pemerintahan RI di Yogyakarta.
§ Menjamin penghentian operasi militer dan pembebasan semua tahanan politik.
§ Menyetujui RI sebagai negara bagian dalam Negara Indonesia Serikat.
§ Berusaha sungguh-sungguh menyelenggarakan Konferensi Meja Bundar di Den Haag.
Konfrensi Meja Bundar |
http://komunitaspecintasejarah.blogspot.com dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar